Bengkulu Post_Di tengah lonjakan kasus COVID-19, sejumlah sekolah di Indonesia kini sudah mulai melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM). Begitu juga Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengizinkan anak berusia 16-18 tahun diberikan vaksin COVID-19 booster dengan jenis Pfizer (Comirnaty). Lantas, akankah vaksin ini bakal menjadi wajib untuk pembelajaran tatap muka nantinya?
Menurut Ketua UKK Infeksi dan Penyakit Tropis sekaligus Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr dr Anggraini Alam, SpA(K), terkait dengan vaksinasi sampai saat ini masih mengikuti arahan BPOM. Pasalnya, negara-negara yang menghasilkan vaksin seperti Amerika pun baru memulai atau mau berjalan untuk menerapkan kebijakan tersebut.
“Terkait dengan vaksinasi, kita memang masih mengikuti Badan POM. Booster untuk anak di negara yang menghasilkan produsen vaksin, di Amerika pun sedang berjalan atau mau berjalan. Mudah-mudahan kita ke arah sana,” tuturnya saat media briefing Evaluasi Pembelajaran Tatap Muka IDAI dan KPAI, Jumat (19/8/2022).
dr Anggraini juga menyinggung persoalan vaksinasi di Indonesia. Menurutnya, sampai saat ini vaksin dosis kedua masih jauh dari target yang ditentukan, bahkan cakupan vaksinasi di Indonesia termasuk paling buruk di Asia Tenggara.
“Tetapi kita harus ingat, tadi yang namanya imunisasi di Indonesia sekarang ini untuk yang kedua saja masih kurang sekali. Di Asia Tenggara yang jelek cakupan vaksinasinya adalah Indonesia. Mungkin kalau ada tetangga lagi adalah Timor Leste. Kita jauh tertinggal bahkan oleh Kamboja sekalipun,” ucapnya lagi.
Karenanya, dia menghimbau masyarakat untuk segera melengkapi vaksinasi demi melindungi kelompok rentan, seperti anak agar terhindar dari reinfeksi COVID-19. Sebab menurut penelitian, anak yang berkali-kali terinfeksi COVID-19 kemungkinan bisa mengalami berbagai komplikasi dan gejala berkepanjangan atau long COVID.
“Semakin dia terinfeksi maka kemungkinannya untuk mengalami berbagai komplikasi, berbagai kemungkinan long COVID akan makin tinggi. Hasil penelitian demikian,” sambungnya lagi.